Senin, 14 Maret 2011

Morfologi


KONSEP DASAR PEMBENTUKAN KATA

1. Arti Konsep Dasar Pembentukan Kata
Arti Konsep dasar pembentukan kata adalah sebuah  ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkrit, dengan satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem terkait dan bebas.
Pada dasarnya morfem satuan terkecil dari suatu bahasa. Satuan terkecil atau satuan gramatikal terkecil itu disebut morfem. Sebagai suatu satuan gramatikal, morfem itu bermakna. Istilah terkecil mengisyaratkan, bahwa satuan gramatikal (morfem) itu tidak dapat dibagi lagi, menjadi satuan yang lebih kecil yang bermakna.
Dengan demikian  terbentuknya sebuah kata itu dari satu morfem atau lebih yang terkait atau bebas.

2.    Jenis Morfem
Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat digolongkan berdasarkan beberapa criteria, antara lain berdasarkan kebebasannya, keutuhannya, dan sebagainya diantaranya sebagai berikut :
1. Morfem Bebas dan Morfem Terikat
            Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam ujaran. Dalam bahasa  Indonesia, misalnya, bentuk pukul, dan ambil, adalah termasuk morfem bebas. Morfem-morfem tersebut dapat digunakan tanpa morfem lain. Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam ujaran. Semua imbuhan (afiks) dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat.
            Dalam hal ini ada beberapa bentuk  yang harus di perhatikan seperti juang, henti, dan baur juga termasuk morfem  terikat. Bentuk-bentuk tersebut, meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam  ujaran tanpa mengalami proses morfologi terlebih dahulu, seperti afiksasi, reduplikasi, dan atau komposisi. Bentuk-bentuk seperti ini lazim disebut bentuk prakategorial. Dan bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi, seperti ke, dari, pada, kalu, dan satu secara morfologi termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat.
2. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
            Klasifikasi morfem atas morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem tersebut, yaitu apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi, karena disisipi morfem lain, contoh morfem utuh, seperti (meja), (kursi), (kecil), (laut) dan (pinsil). Begitu juga dengan sebagian morfem terikat, seperti (ter-), (ber-), (henti), dan (juang). Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah mofem yang terdiri dari dua bagian yang terpisah, satu diawal dan satu dibelakang. Pada kata Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh yaitu (satu) dan satu morfem terbagi, yaitu (ke-/-an); kata perbaikan terdiri dari satu morfem utuh, yaitu (baik) dan satu morfem terbagi, yaitu (per-/-an).
3. Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal.
Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dulu dengan morfem lain. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti (kolam), (pasang), (lupa) dan (arah) adalah morfem bermakna leksikal.
Sebaliknya morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan bentuk lain dalam ujaran. Yang termasuk morfem tak bermakna leksikal ini dalam bahasa Indonesia adalah morfem-morfem afiks, seperti (ber-), (me-), dan (ter-).
3. Kata
            Istilah kata sering kita dengar dan sering kita gunakan. Kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah, serta tidak dapat diselipi oleh fonem lain. Jadi, misalnya, kata sakit urutan fonemnya adalah /s/, /a/, /k/, /i/, dan  /t/, urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi /t/, /k/, /i/, dan  /s/. Atau diselipi fonem lain, misalnya menjadi /t/, /a/, /n/, /k/, /i/,  dan /s/.   

4. Pembentukan Kata
    1. Gramatikalisasi
            Proses gramatikalisasi adalah proses perubahan tataran dari morfem ke kata, yang dalam tataran sintaksis merupakan perubahan tataran pertama. Tidak semua morfem dengan sendirinya dapat langsung berubah menjadi kata. Seperti morfem ber-, ter-, ke-, dan sejenisnya yang tergolong morfem terikat tidak dapat langsung menjadi kata. Seperti halnya juang tidak dapat langsung menjadi kata karena juang termasuk morfem terikat. Sedangkan rumah dapat langsung menjadi kata karena dapat berdiri sendiri dan bermakna.  
  2. Afiksasi
Afiksasi adalah proses penambahan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.
            Dalam bahasa Indonesia dikenal berbagai jenis afiks yang secara tradisional diklasifikasikan atas:
a. Prefiks
            Prefiks adalah afiks yang diletakkan di muka bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya: mem-, di-, ber-, ke-, ter-, se-, pem-, dan pe-/per-.

b. Infiks
            Infiks adalah afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga macam infiks yaitu : -el-, -em-, -er-.
Contoh; Gilang –em- = gemilang
c. Sufiks
            Sufiks adalah afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar. Dalam bahsa Indonesia misalnya: -kan, -I, -nya, -wati, -wan, -man, -isme, -isasi.
d. Kombinasi Afiks
            Kombinasi afiks adalah pembentukan kata berupa pemberian afiks. Secara kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia  misalnya dikenal beberapa kombinasi  afiks: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, pe-an, dan se-nya.
e. Konfiks
            Konfiks yang terdiri dari dua unsur,  satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Konfiks adalah satu afiks dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks bukanlah satu afiks, dan kemungkinan dengan beberapa makna gramatikal.
            Dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya ada empat konfiks yaitu: ke-…-ar, pen-…-an, per-…-an, dan ber-…-an.
Contoh: keadaan, pengiriman, persahabatan, bertolongan.
  3. Reduplikasi
            Reduplikasi adalah proses morfologis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, sebagian maupun disertai dengan perubahan bunyi. Hal ini diklasifikasikan dalam tiga bagian yaitu:
1.      Reduplikasi penuh, contoh buku-buku (dari dasar buku).
2.      Reduplikasi sebagian, contoh lelaki (dari dasar laki).
3.      Reduplikasi dengan perubahan bunyi, contoh bolak-balik (dari dasar balik).
4. Komposisi
            Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebes maupun yang terkait, sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.
            Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kata lalu lintas, rumah sakit, dan dalam bahasa Arab kata akhirulkalam, malaikalmaut.
5. Modifikasi Internal
            Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (yang biasanya berupa konsonan). Contoh berikut diambil dari bahasa Arab dengan morfem dasar berkerangka k-t-b. perhatikan kerangka k-t-b tersebut serta vokal yang mengisinya.
                        Kataba                         'dia laki-laki menulis'
                        Maktu:b                       'sudah ditulis. dll.
6. Pemendekan
            Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Proses pemendekan dibedakan atas tiga kategori yaitu:
1.      Penggalan. Contoh lab atau labo dari laboratorium, dll.
2.      Singkatan.
3.      Akronom. Contoh wagub dari wakil gubernur, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
HP, Ahmad. Linguistik Umum.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar