Jumat, 11 Maret 2011

PENYAIR RAJA ALI AL-HAJJ


1.      Latar Belakang Masalah
Raja Ali Haji lahiran tahun 1809 M di pusat Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat (kini masuk dalam wilayah Kepulauan Riau, Indonesia), Raja Ali Haji memberikan kontribusi dan sumbangsih di bidang intelektual adalah berupa sejumlah karyanya mengenai masalah agama, sastra, politik, sejarah, filsafat serta hokum, hal ini cukup besar dalam dunia kepenyairan/kesusastraan Indonesia. Raja Ali Haji dengan jiwa ulama yang hidup sebagai keturunan raja melayu, beliau menampilkan karya yang berbeda pada abad 19-an. Karya yang di ciptakannya cukup menarik masyarakat di sekitarnya, karena karyanya yeng penuh dengan makna keislaman, seperti karya yang terkenalnya Gurindam Dua Belas dan Nasihat Kepada Anak, ini semua awal dari penobatan beliau sebagai seorang pahlawan Nasional dan sastrawan melayu dari kalangan raja pada saat itu di Pulau Penyengat kepulauan Riau.
Keunikan puisi-puisi Raja Ali Haji adalah sebuah deskripsi yang mengungkapkan nasihat-nasihat untuk para pembacanya, yang lebih istimewanya dari karya Raja Ali Haji yaitu Gurindam Dua Belas, ini adalah gurindam yang cukup ternama yang berisi dua belas pasal yang menyangkut persoalan ibadah, perseorangan, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua terhadap anak, sifat-sifat bermasyarakat dan sebagainya. Semua ini adalah kompleksitas kehidupan yang dialami masyarakat sekitar pada masa itu. 
PEMBAHASAN
1.      Biografi Raja Ali  Al-Hajj
Raja Ali al-Hajj ibni Raja Ahmad al-Hajj ibni Raja Haji Fisabilillah bin Opu Daeng Celak alias Engku Haji Ali ibni Engku Haji Ahmad Riau. Ia dilahirkan pada tahun 1809 M di pusat Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat sebuah pusat keilmuan Melayu Islam. Sekilas tentang Pulau Penyengat. Dalam buku-buku Belanda, pulau kecil ini disebut Mars. Di pulau ini banyak terlahir karya-karya sastra dan budaya Melayu yang ditulis oleh tokoh-tokoh Melayu sepanjang abad ke-19 dan dua dasawarsa abad ke-20, di mana Raja Ali Haji termasuk di dalamnya. Ayahnya Raja Ahmad, setelah berhaji ke Mekkah bergelar Engku Haji Tua, Ibunya Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangor.
Raja Ali al-Hajj memperoleh pendidikan dasarnya dari ayahnya sendiri. Di samping itu, ia juga mendapatkan pendidikan dari lingkungan istana Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat. Di lingkungan kesultanan ini, secara langsung ia mendapatkan pendidikan dari tokoh-tokoh terkemuka yang pernah datang. Ketika itu banyak tokoh ulama yang merantau ke Pulau Penyengat dengan tujuan mengajar dan sekaligus belajar. Di antara ulama-ulama yang dimaksud adalah Habib Syeikh as-Saqaf, Syeikh Ahmad Jabarti, Syeikh Ismail bin Abdullah al-Minkabawi, Syeikh Abdul Ghafur bin Abbas al-Manduri, dan masih banyak lagi. Pada saat itu, Kesultanan Riau-Lingga dikenal sebagai pusat kebudayaan Melayu yang giat mengembangkan bidang agama, bahasa, dan sastra. Oleh karena Raja Ali al-Hajj merupakan bagian dari keluarga besar kesultanan, maka ia termasuk orang pertama yang dapat bersentuhan dengan pendidikan model ini, yaitu bertemu langsung dengan tokoh-tokoh ulama yang datang ke Pulau Penyengat. Ia belajar al-Qur’an, hadits, dan ilmu-ilmu agama lainnya.
Sejak masih remaja sekitar tahun 1822, Raja Ali al-Hajj sering mengikuti ayahnya berekspedisi ke sejumlah wilayah, termasuk ke Batavia, perjalanan dagang serta naik haji ke Tanah Suci. Rekaman peristiwa dan pengalaman Raja Ali al-Hajj selama di Betavia dituangkan dalam karyanya berjudul Tuhfat al-Nafis. Raja Ali al-Hajj dikenal ahli dalam bidang agama, sastra, bahasa, sejarah, hukum, dan tata negara. Ia mengajarkan ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu ushuluddin, ilmu fikih, ilmu tasawuf, dan pengetahuan agama lainnya. Pengalaman bepergian ini secara langsung memberikan wawasan pengetahuan luas pada Raja Ali. Menginjak usia 20 tahun, dia sudah diberikan tugas-tugas kenegaraan yang tergolong penting. Hingga usianya 32 tahun, Raja Ali bersama sepupunya, Raja Ali bin Raja Jafar, dipercaya memerintah di daerah Lingga, mewakili Sultan Mahmud Muzaffar Syah yang masih berusia muda.
Aktivitas Kepenulisan Usia 40 tahun adalah masa di mana Raja Ali Haji banyak mencurahkan perhatiannya pada penulisan karya-karya sastra. Ia tercatat sebagai penulis paling produktif di masanya. Kesultanan Riau-Lingga, Johor, dan Pahang ketika itu menjadi terkenal berkat karya-karya Raja Ali Haji yang banyak dibicarakan pakar bahasa dan sastra di Nusantara dan juga di luar negeri. Raja Ali Haji merupakan tokoh Sastrawan dan Intelektual penting di dunia Melayu. Pengaruh pemikirannya terhadap perkembangan dunia Melayu sangat kentara melalui berbagai karya sastra dan lain-lain yang dijadikan rujukan dalam tradisi penulisan klasik maupun modern. Ia juga dikenal sebagai ulama serta sastrawan Melayu yang banyak berpengaruh terhadap wacana dan tradisi pemikiran di dunia Melayu, tahun 1845 Raja Ali Haji dikukuhkan sebagai penasehat keagamaan negara.
Raja Ali Haji memberikan kontribusi dan sumbangsih di bidang intelektual adalah berupa sejumlah karyanya mengenai masalah agama, sastra, politik, sejarah, filsafat serta hukum. satu karyanya berjudul Hikayat Abdul Muluk merupakan karya sastrawan Riau yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1846. Dari sejak itu, banyaklah karya Raja Ali Haji terpublikasi. Dalam beberapa buah karyanya, beliau selalu menekankan bahwa satu-satunya jalan untuk mengatasi hawa nafsu dan mencegah terjadinya konflik adalah dengan taat kepada hukum Allah SWT yang telah digariskan kitab suci Alquran. Selain itu tiap-tiap individu harus menjaga nama baik, ilmu dan akalnya. Pada setiap pesan etik yang disampaikan, karya Raja Ali Haji, tampak tidak pernah meninggalkan ciri khasnya, yakni mengakar pada tradisi kesusastraan Islam serta Melayu, juga kesungguhannya dalam menyajikan sejarah masa lalu disesuaikan dengan tuntutan kondisi di zamannya. Di samping itu, karyanya berjudul Gurindam Dua Belas (1847) menjadi karya tak ternilai bahkan paling menonjol di antara karya yang lain. Lewat karya-karyanya, membuktikan bahwa Raja Ali tak hanya sekadar sejarawan dalam arti sempit. Beliau juga adalah guru dan teolog yang punya komitmen memelihara nilai keislaman serta rasa tanggung jawab terhadap masyarakatnya.
Pada tahun 1846, Raja Ali Haji menyelesaikan penulisan karya “Gurindam Dua Belas”, Karya ini terdiri atas 12 Fasal dan dikategorikan sebagai Syair al-Irsyadi atau puisi didaktik, karena berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridhoi Allah. Selain itu terdapat pula pelajaran dasar Ilmu Tasawuf tentang mengenal yang empat : yaitu syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat. yang diterbitkan dalam bahasa Belanda Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap II (oleh E. Netscher) pada tahun 1854. Karyanya berjudul “Bustanul Katibin” selesai dicetak di Betawi pada tahun 1850. Pada tanggal 15 April 1857, karya ini dicetak-batu di Pulau Penyengat. Pada tahun ini pula, Raja Ali Haji dan Haji Ibrahim bekerjasama dengan H. Von de Wall menyusun sebuah “kamus bahasa Melayu”. Pada tahun yang sama, Raja Ali Haji menyiapkan naskah berjudul “Muqaddimah fi Intizam al-Wazaif al-Mulk Khususan ila Maulana wa Shahibina” Yang Dipertuan Muda Raja Ali al-Mudabbir lil Biladi al-Riauwiyah wa Sairi Dairatihi, yaitu sebuah risalah tipis yang berisikan tiga buah wazifah yang dijadikan sebagai pegangan oleh pemegang kendali hukum sebelum menjatuhkan (putusan) hukuman. Pada tahun 1865, karyanya “Silsilah Melayu dan Bugis” selesai ditulis. Pada tahun 1866, Raja Ali Haji menyelesaikan karya “Syair Hukum Nikah atau Kitab Nikah atau Syair Suluh Pegawai”. Pada tanggal 25 November 1866, Raja Ali Haji menyelesaikan ”Tuhfat al-Nafis”. Raja Ali Haji dikenal dekat dengan Hermann von de Wall yang nama aslinya adalah Hermann Theodor Friedrich Karl Emil Wilhelm August Casimir von de Wall (kelahiran Giessen, Jerman, tanggal 30 Maret 1807). Pada bulan November hingga Desember 1807, Raja Ali Haji menyiapkan sebuah silsilah untuk sahabatnya itu. Pada tanggal 12 Juni 1862, Raja Ali Haji menyarankan kepada Hermann von de Wall agar menyusun sebuah kamus bahasa Melayu. Atas kerjasama sahabatnya itu pula, pada tahun 1872 karya Raja Ali Haji berjudul Tjakap-2 Rampai-2 Bahasa Malajoe Djohor jilid II diterbitkan oleh Percetakan Gupernemen di Betawi (Batavia) pada tanggal 2 Mei 1873.
Raja Ali Haji wafat dalam usia 63 tahun dan dimakamkan di pulau Penyengat pada tahun 1872. Makam RAH berada di komplek pemakaman Engku Putri Raja Hamidah. Persisnya, terletak di luar bangunan utama Makam Engku Putri. Karya Raja Ali Haji, Gurindam Dua Belas diabadikan di sepanjang dinding bangunan makamnya. Sehingga, setiap pengunjung yang datang dapat membaca serta mencatat karya maha agung tersebut.

2.      Karya-Karya Raja Ali Haji
a.       Gurindam Dua Belas
Gurindam Dua Belas merupakan karya besar Raja Ali Haji (1809 - 1872). Gurindam termasuk bentuk puisi lama yang banyak terdapat dalam masyarakat Melayu Indonesia. Gurindam yang terkenal ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Ini bukan berarti gurindam yang berjumlah dua belas buah. Ia adalah gurindam yang berisi dua belas pasal yang menyangkut persoalan ibadah, perseorangan, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua terhadap anak, sifat-sifat bermasyarakat dan sebagainya. Gurindam biasanya terdiri dari sebuah kalimat majemuk, yang dibagi menjadi dua baris yang bersajak a-a . Tiap-tiap baris itu sebuah kalimat dan perhubungan antara kedua kalimat, biasanya antara anak kalimat dengan induk kalimat. Jumlah suku kata tiap-tiap baris tidak ditentukan, demikian juga iramanya tidak tetap.
Gurindam adalah untuk mengatakan sesuatu yang benar melalui pepatah atau peribahasa. Raja Ali Haji menerangkan guridam sebagai berikut: "ada pun arti gurindam itu, yaitu perkataan yang bersajak pada akhir pasangannya, tetapi sempurna perkataannya dengan satu pasangannya saja, jadilah seperti sajak yang pertama itu syarat dan sajak yang kedua itu jadi seperti jawab.[1]"  
Gurindam 12 Karya Raja Ali Haji

Pasal 1 - Gurindam 12

barang siapa tiada memegang agama ( sebagai Syarat)
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama (sebagai Jawab)dst.

barang siapa mengenal yang empat
maka yaitulah orang yang makrifat

barang siapa mengenal Allah
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah

barang siapa mengenal diri
maka telah mengenal akan tuhan yang bahri

barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya

barang siapa mengenal akhirat
tahulah ia dunia mudharat



Pasal 2 - Gurindam 12

barang siapa mengenal yang tersebut
tahulah ia makna takut

barang siapa meninggalkan sembahyang
seperti rumah tiada bertiang

barang siapa meninggalkan puasa
tidaklah mendapat dua termasa

barang siapa meninggalkan zakat
tiada hartanya beroleh berkat

barang siapa meninggalkan haji
tiadalah ia menyempurnakan janji

Pasal 3 - Gurindam 12

apabila terpelihara mata
sedikitlah cita-cita

apabila terpelihara kuping
khabar yang jahat tiadalah damping

apabila terpelihara lidah
niscaya dapat daripadanya faedah

bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
daripada segala berat dan ringan

apabila perut terlalu penuh
keluarlah fi‘il yang tiada senonoh

anggota tengah hendaklah ingat
di situlah banyak orang yang hilang semangat

hendaklah peliharakan kaki
daripada berjalan yang membawa rugi

Pasal 4 - Gurindam 12

hati itu kerajaan di dalam tubuh
jikalau zalim segala anggota pun rubuh

apabila dengki sudah bertanah
datang daripadanya beberapa anak panah

mengumpat dan memuji hendaklah pikir
di situlah banyak orang yang tergelincir

pekerjaan marah jangan dibela
nanti hilang akal di kepala

jika sedikit pun berbuat bohong
boleh diumpamakan mulutnya itu pekung

tanda orang yang amat celaka
aib dirinya tiada ia sangka

bakhil jangan diberi singgah
itulah perompak yang amat gagah

barang siapa yang sudah besar
janganlah kelakuannya membuat kasar

barang siapa perkataan kotor
mulutnya itu umpama ketor

di manatah tahu salah diri
jika tiada orang lain yang berperi

pekerjaan takbur jangan direpih
sebelum mati didapat juga sepih
Pasal 5 - Gurindam 12

jika hendak mengenal orang berbangsa
lihat kepada budi dan bahasa

jika hendak mengenal orang yang berbahagia
sangat memeliharakan yang sia-sia

jika hendak mengenal orang mulia
lihatlah kepada kelakuan dia

jika hendak mengenal orang yang berilmu
bertanya dan belajar tiadalah jemu

jika hendak mengenal orang yang berakal
di dalam dunia mengambil bekal

jika hendak mengenal orang yang baik perangai
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai

Pasal 6 - Gurindam 12

cahari olehmu akan sahabat
yang boleh dijadikan obat

cahari olehmu akan guru
yang boleh tahukan tiap seteru

cahari olehmu akan isteri
yang boleh menyerahkan diri

cahari olehmu akan kawan
pilih segala orang yang setiawan

cahari olehmu akan abdi
yang ada baik sedikit budi

Pasal 7 - Gurindam 12

apabila banyak berkata-kata
di situlah jalan masuk dusta

apabila banyak berlebih-lebihan suka
itulah tanda hampirkan duka

apabila kita kurang siasat
itulah tanda pekerjaan hendak sesat

apabila anak tidak dilatih
jika besar bapanya letih

apabila banyak mencacat orang
itulah tanda dirinya kurang

apabila orang yang banyak tidur
sia-sia sahajalah umur

apabila mendengar akan khabar
menerimanya itu hendaklah sabar

apabila mendengar akan aduan
membicarakannya itu hendaklah cemburuan

apabila perkataan yang lemah lembut
lekaslah segala orang mengikut

apabila perkataan yang amat kasar
lekaslah orang sekalian gusar

apabila pekerjaan yang amat benar
tiada boleh orang berbuat honar

Pasal 8 - Gurindam 12
barang siapa khianat akan dirinya
apalagi kepada lainnya

kepada dirinya ia aniaya
orang itu jangan engkau percaya

lidah suka membenarkan dirinya
daripada yang lain dapat kesalahannya

daripada memuji diri hendaklah sabar
biar daripada orang datangnya khabar

orang yang suka menampakkan jasa
setengah daripada syirik mengaku kuasa

kejahatan diri sembunyikan
kebajikan diri diamkan

keaiban orang jangan dibuka
keaiban diri hendaklah sangka

Pasal 9 - Gurindam 12

tahu pekerjaan tak baik tapi dikerjakan
bukannya manusia ia itulah syaitan

kejahatan seorang perempuan tua
itulah iblis punya penggawa

kepada segala hamba-hamba raja
di situlah syaitan tempatnya manja

kebanyakan orang yang muda-muda
di situlah syaitan tempat bergoda

perkumpulan laki-laki dengan perempuan
di situlah syaitan punya jamuan

adapun orang tua yang hemat
syaitan tak suka membuat sahabat

jika orang muda kuat berguru
dengan syaitan jadi berseteru


Pasal 10 - Gurindam 12

dengan bapa jangan durhaka
supaya Allah tidak murka

dengan ibu hendaklah hormat
supaya badan dapat selamat

dengan anak janganlah lalai
supaya boleh naik ke tengah balai

dengan isteri dan gundik janganlah alpa
supaya kemaluan jangan menerpa

dengan kawan hendaklah adil
supaya tangannya jadi kapil

Pasal 11 - Gurindam 12

hendaklah berjasa
kepada yang sebangsa

hendaklah jadi kepala
buang perangai yang cela

hendak memegang amanat
buanglah khianat

hendak marah
dahulukan hujjah

hendak dimalui
jangan memalui

hendak ramai
murahkan perangai

Pasal 12 - Gurindam 12

raja mufakat dengan menteri
seperti kebun berpagar duri

betul hati kepada raja
tanda jadi sebarang kerja

hukum adil atas rakyat
tanda raja beroleh inayat

kasihkan orang yang berilmu
tanda rahmat atas dirimu

hormat akan orang yang pandai
tanda mengenal kasa dan cindai

ingatkan dirinya mati
itulah asal berbuat bakti

akhirat itu terlalu nyata
kepada hati yang tidak buta

Gurindam Dua Belas diatas mempunyai isi dari setiap pasalnya diantaranya yaitu: Pasal 1 berisi nasihat tentang agama dan mistik; Pasal 2 berisi nasihat tentang rukun Islam. Pasal 3 berisi nasihat tentang memelihara alat-alat panca indra. Pasal 4 berisi nasihat tentang menghadapi sifat-sifat nafsu, perasaan pikiran dan perbuatan manusia yang baik dan yang jahat. Pasal 5 berisi nasihat tentang mengenal sifat-sifat orang yang baik, mulia dan luhur.Pasal 6 berisi nasihat tentang mencari teman hidup yang baik. Pasal 7 berisi tentang kewaspadaan terhadap sesuatu per­buatan, jangan terlalu berlebih-lebihan, jangan ter­lalu menurutkan perasaan hati, dan bagaimana cara bertingkah laku semestinya. Pasal 8 berisi nasihat tentang perlakuan terhadap diri sendiri. Pasal 9 berisi nasihat tentang menghindari perbuatan syaitan di mana tempat-tempat syaitan dan bagaimana caranya menjauhi tempat itu. Pasal 10 berisi nasihat tentang sikap yang sebaiknya dalam hubungan kekeluargaan antara ayah, ibu, anak dan istri. Pasal 11 berisi nasihat tentang sikap yang sebaiknya dalam pergaulan di masyarakat dan pemerintahan.dan Pasal 12 berisi nasihat tentang kepemimpinan seorang raja dalam pemerintahannya agar berhasil di dunia dan akhirat.
Dalam Gurindam Dua Belas, Raja Ali Haji ingin menyampaikan nasihat atau pesan yang mengingatkan kita agar selalu melaksanakan hubungan dengan Tuhan, dengan pemerintah dan menyeimbangkan kehidupan sendiri atas nafsu dan perbuatan. Itulah keistimewaan isi Gurindam Dua Belas, dan keunikannya pasal-pasal di dalamnya merupakan suatu kesatuan yang ditata sedemikian rupa sehingga mewujudkan suatu yang tersohor dalam kesusastraan Melayu.

b.      Syair Melayu
Kata Syair diambil dari bahasa Arab, syair terdiri dari empat kalimat/baris, masing-masing berjumlah delapan sampai sebelas suku kata. Pada umumnya terdapat persajakan a-a-a-a, akan tetapi ada juga yang bersajakkan a-b-a-b. Pada dasarnya syair hampir mirip dengan prosa karena syair ada yang berupa hikayat, roman, dongeng, sejarah, dan pendidikan. Dalam hal ini Raja Ali Haji menjelaskan kesempurnaan syair Melayu itu ditentukan oleh tiga perkara 1. Cukup timbangannya, 2. Betul sajaknya, 3. Tidak cacat dan janggal karena berulang-ulang.[2]
1.      Cukup timbangannya. Maksudnya Syair Melayu sempurna sajaknya empat misra atau dua baris. Misra berarti "daun pintu" adalah istilah untuk separuh baris syair. Dahulu, syair ditulis dua baris, tiap baris terdiri dari dua misra. Tiap-tiap misra terdiri dari empat kata. "Empat ditimbang empat," kata Raja Ali Haji. Kata itu bisa kata benda, kata kerja atau kata sifat. Jadi satu bait syair terdiri dari enambelas kata. Kata sambung, kata depan kata, kata bantu lainya kadang-kadang tidak dihitung sebagai kata yang berdiri sendiri, dan dianggap menjadi bagian dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
dengarkan tuan suatu rencana
dikarang fakir dagang yang hina
barangkali ada yang kurang kena
tuan betulkan jadi sempurna
"yang hina" dan "yang kurang" dianggap satu kata.

2.      Betul sajaknya. Maksudnya Sajak adalah bunyi atau huruf yang jatuh pada akhir tiap-tiap misra. Ada dua jenis sajak. Yang pertama adalah sajak yang "terlebih bagus".
Contoh:
dengarkan encik dengarkan tuan
dengarkan saudara muda bangsawan
nafsu dan hawa hendaklah lawan
supaya jangan kita tertawan

Bunyi bersajak pada kata "tuan", "bangsawan", "lawan", "tertawan" adalah persajakan yang sempurnya dan tergolong pada kelas yang "terlebih bagus".
Contoh:
ayuhai saudaraku yang pilihan
menuntut ilmu janganlah segan
jika tiada ilmu di badan
seperti binatang di dalam hutan

Perhatikan bunyi sajak pada kata "pilihan", "segan", "badan", dan "hutan".
Keempatnya sama-sama berakhir dengan bunyi "..an" tetapi keempatnya
berbeda pada konsonan yang mendahului bunyi "..an" itu, yaitu "...han",
"...gan", "...dan" dan "...tan". Bandingkan dengan syair pada contoh 1. Inilah
yang digolongkan oleh Raja Ali Haji sebagai persajakan yang, "kurang sedikit
bagusnya, tapi betul juga sajaknya."
3.      Tidak cacat dan janggal karena berulang-ulang. Maksudnya dalam syair tidak boleh ada tiga cacat pada syair. Pertama, cacat pada timbangannya, yaitu jumlah katanya lebih dari empat. Kedua, cacat karena mengulang-ulang kata yang sama demi mendapatkan sajak di akhir baris. Ketiga, cacat pada maksud, kata-kata di dalam empat baris itu berlainan mahfumnya, "jadi tiada berketahuan," tulis Raja Ali Haji.

C.     Syair Nasehat Kepada Anak
Salah satu bentuk syair Melayu yang sangat terkenal adalah “Syair Nasihat Kepada Anak” Karya Ali Haji. Syair ini memiliki nilai-nilai pengajaran dan pendidikan yang tinggi. Adapun teks dari Syair Nasehat Kepada Anak adalah sebagai berikut:

Dengarkan tuan ayahanda berperi,
Kepada anakanda muda bestari,
Jika benar kepada diri,
Masihat kebajikan ayahanda beri.

Ayuhai anakanda muda remaja,
Jika anakanda mengerjakan raja,
Hati yang betul hendaklah disahaja,
Serta rajin pada bekerja.

Mengerjakan gubernemen janganlah malas,
Zahir dan batin janganlah culas,
Jernihkan hati hendaklah ikhlas,
Seperti air di dalam gelas.

Jika anakanda menjadi besar,
Tutur dan kata janganlah kasar,
Janganlah seperti orang sasar,
Banyaklah orang menaruh gusar.

Tutur yang manis anakanda tuturkan,
Perangai yang lembut anakanda lakukan,
Hati yang sabar anakanda tetapkan,
Kemaluan orang anakanda fikirkan.

Kesukaan orang anakanda cari,
Supaya hatinya jangan lari,
Masyurlah anakanda dalam negeri,
Sebab kelakuan bijak bestari.

Nasehat ayahanda anakanda fikirkan,
Keliru syaitan anakanda jagakan,
Orang berakal anakanda hampirkan,
Orang jahat anakanda jauhkan.

Setelah orang besar fikir yang karu,
Tidak mengikut pengajaran guru,
Tutur dan kata haru-biru,
Kelakuan seperti anjing pemburu.

Tingkah dan laku tidak kelulu,
Perkataan kasar keluar selalu,
Tidak memikirkan orang empunya malu,
Bencilah orang hilir dan hulu.

Itulah orang akalnya kurang,
Menyangka diri pandai seorang,
Takbur tidak membilan orang,
Dengan manusia selalu berperang.

Anakanda jauhkan kelakukan ini,
Sebab kebencian Tuhan Rahmani,
Jiwa dibawa ke sana sini,
Tiada laku suatu dewani.

Setengah yang kurang akal dan bahasa,
Sangatlah gopoh hendak berjasa,
Syarak dan adat kurang periksa,
Seperti harimau mengejar rusa.

Ke sana ke mari langgar dan rampuh,
Apa yang terkena habislah roboh,
Apa yang berjumpa lantas dipelupuh,
Inilah perbuatan sangat ceroboh.
Patut juga mencari jasa,
Kepada raja yang itu masa,
Tetapi dengan budi dan bahasa,
Supaya negeri ramai temasya.

Apabila perintah lemah dan lembut,
Semua orang suka mengikut,
Serta dengan malu dan takut,
Apa-apa kehendak tidak tersangkut.

Jika mamerintah dengan cemeti,
Ditambah dengan perkataan mesti,
Orang menerimanya sakit hati,
Barangkali datang fikir hendak mati.

Inilah nasehat ayahanda tuan,
Kepada anakanda muda bangsawan,
Nafsu yang jahat anakanda lawan,
Supaya kita jangan tertawan.

Habislah nasehat habislah kalam,
Ayahanda memberi tabik dan salam,
Kepada Orang Masihi dan Islam,
Mana-mana yang ada bekerja di dalam.[3]

Syair karangan Raja Ali Haji diatas mempunyai peranan yang tersendiri dalam perkembangan masyarakat dan pemikirannya. Fungsi syair nampak nyata dalam bait-bait syair ataupun melalui bentuk syair itu sendiri. Syair sebagai genre puisi telah mempunyai bentuk dan ciri yang memperlihatkan karya cipta yang tinggi nilainya. Bentuk ini digunakan untuk menyatakan segala isi dan maksud, perasaan dan emosi masyarakat, mencerminkan pemikiran masyarakat, menjadi alat pengajaran dan hiburan yang dapat dilihat melalui tema-tema yang berbagai jenisnya. Dalam kehidupan sehari-hari syair digunakan, diperluas dan diperkaya dengan berbagai warna dan nada sesuai dengan konteks dan suasana kehidupan masyarakat yang menggunakannya. Syair Nasehat Kepada Anak, tergolong ke dalam syair yang berbentuk non naratif. Syair ini membicarakan tentang nasehat seorang ayah kepada anaknya. Raja Ali Haji telah memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan atau lingkungan masyarakat yang akan ditempuh si anak. Berbagai kata-kata yang berbentuk nasehat, ingatan, dan pedoman, serta ibarat telah dinyatakan dalam syair tersebut. Dalam Syair Nasehat Kepada Anak, kita lihat unsur diksi, keindahan atau gaya bahasa, dan imajinasi, serta kata-kata konkrit saling berkaitan satu sama lain untuk memberi gambaran yang menarik dan indah yang terdapat dalam syair ini. Dalam setiap bait, pemilihan katanya melambangkan keindahan, kreatifitas, dan imajinasi pengarangnya yang sesuai dengan tema dan nada syair tersebut.
Ini semua menunjukkan dan memenuhi fungsi syair sebagai media penyampai nasehat dan sebagai alat hiburan. Selain mencerminkan masyarakat, syair juga berperan sebagai alat penyampai nasehat dan pengajar. Secara garis besar, ada tujuh nasehat yang disampaikan oleh Raja Ali Haji dalam syair ini, yaitu:
a.       Prinsip-prinsip dan kriteria seorang pemimpin. Adapun prinsip-prinsip dan kriteria seorang pemimpin yang terdapat dalam syair ini adalah: memiliki kemampuan sebagai pengawas, kecerdasan, ketegasan, percaya diri, bertanggung jawab, memiliki rasa kemanusiaan, dan inisiatif.
b.      Akhlak seorang Muslim. Akhlak seorang Muslim pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu akhlak muila atau budi pekerti terpuji dan akhlak atau sikap yang tercela. Untuk membentuk kepribadian seorang Muslim sejati, akhlak yang tercela ini harus dihindari.
c.       Hormat dan patuh kepada guru. Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai peranan ganda yaitu sebagai pendidik dan sebagai pengajar. Sebagai seorang pendidik, guru berperan membentuk sikap pekerti yang mulia, sedangkan sebagai pengajar guru bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, berarti guru ikut membantu kecerdasan anak didiknya. Oleh sebab itu wajiblah seorang guru itu dihormati.
d.      Pandai menempatkan diri. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan jiwa dan ikut menentukan masa depan seseorang. Oleh sebab itu, pandai menempatkan diri dan memilih teman akan membawa kepada kebahagiaan hidup.
e.       Ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang, dapat digunakan untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya.
f.       Dalam bertindak harus menggunakan akal dan pikiran. Akal dan pikiran merupakan karunia dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia dan sekaligus yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan mempunyai akal dan pikiran, diharapkan manusia mampu menjadi khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Orang yang menggunakan akal pikirannya dengan baik akan memperoleh keberhasilan dalam segala tindakan.
g.      Pengendalian hawa nafsu. Hawa nafsu diciptakan Tuhan untuk manusia bukan untuk dibunuh atau dimusnahkan, melainkan untuk dikendalikan. Salah satu cara untuk mengendalikan hawa nafsu ini adalah dengan mengisi rohani kita dengan ajaran agama dan keyakinan serta mendekatkan diri kepada Allah.

D.    Surat Raja Ali Haji Kepada Von deWall
Surat Raja Ali Haji kepada Von deWall adalah salah satu proses peralihan bahasa melayu menjadi bahasa nasional, bahasa yang mereka gunakan jauh berbeda dengan bahasa yang resmi dipakai. Oleh karena itu korespondensi ini merupakan contoh langka pemakaian bahasa Melayu, bahasa yang kini lazim dipakai di Semanjung Malaya dan sebagai akar Bahasa Indonesia. Hal surat menyurat ini terjadi saat Ali Haji bekerjasama menyusun kamus.
Disamping itu dalam surat Ali Haji selalu mencerminkan nilai-nilai keislaman yang pada suratnya diawali dengan kalimat “Qauluhul Haqq” yang berarti perkataanNya benar.
Contoh surat Surat Ali Haji Kepada Von deWall

November/Desember 1857
Qauluhul-haqq
Tabik kepada sahabat kita tuan Von de Wall
            Maka adalah menyatakan kita kepada sahabat kita dari pada pasal qur’an sudah kita terima daripada tengan anak kita Raja Husin. Syahdan menanyakan berapa harganya boleh kita tahu
            Dan lagi yang kita pagi ini pikiran kita hendak dating kepada sahabat, sudah sedia sekoci, kemudian datang pula orang dari lingga membawa surat2, jadi terhenti kita. Maka harap kita pada sahabat kita maafkan kita banyak2. Insya Allah taala jika tiada uzur yang besar, hari lain kita dating.
            Maka suatu pun tiada tanda burhan al-hayat, hanyalah tabik serta selamat kepada sahabat kita yang amat banyak.
            Dan lagi tabik kita kepada Tuan Netscher banyak2.
            Dan lagi perkara syajarah lagi tengah kita tambahkan silsilahnya. Apabila sudah kita hantarkan adanya. Intiha al- kalam
Maktub xx  Rabi al-thani sanah 1274.[4]

KESIMPILAN
Berdasarkan pemahaman terhadap karya Raja Ali Haji yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pengarang tersebut sangat besar jasanya dalam perkembangan Sastra Melayu pada abad ke-19 yang menjadi cikal-bakal kelahiran sastra Indonesia. Dia adalah tokoh bahasa dan sastra yang pantas menjadi pahlawan nasional. Nasihat-nasihat yang terungkap dalam karya-karyanya (Raja Ali Haji) mengandung nilai-nilai yang masih relevan apabila diaplikasikan dalam kehidupan dewasa ini, selain itu keistimewaan dari karya Raja Ali haji adalah pemaparan kalimat dalam tiap syairnya dengan persajakan yang cukup tersusun yang mengandung makna keislaman terlebihnya mengenai nasihat-nasihat untuk para insan yang dalam pemaknaannya mudah untuk dimengerti dalam setiap karyanya, dalam hal ini bahasa yang digunakan Raja Ali Haji merupakan produk lokal (Daerah Melayu) yang dapat disumbangkan untuk pengembangan khazanah budaya nasional. Untuk itulah warisan budaya itu perlu dilestarikan demi kepentingan generasi penerus agar dapat dijadikan teladan dalam kehidupannya sehari-hari, demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik.


DAFTAR PUSTAKA


Aspahani, hasan.(kelas puisi) syair melayu. Tersedia: http://sejuta-puisi.blogspot.com/kelas-puisi-syair-melayu.html
Raja Ali Haji-Tokoh Sastra dan Intelektual. Tersedia:
Salehudin, ahmad. Syair Nasihat Kepada Anak Karya Raja Ali Haji. Tersedia: http://www.rajaalihaji.com/id/works.php?a=ZUovUHMvVw%3D%3D [17-06-2009]
Putten,Jan Van dan Al Azhar. 2007.Surat-Surat Raja Ali Haji Kepada Von de Wall. Jakarta: PT.Gramedia



[1] http://www.rajaalihaji.com/id/article.php?a=RGlIL3c%3D Raja Ali Haji-Tokoh Sastra dan Intelektual [12-02-2008]
[2] hasan Spahani.(kelas puisi) syair melayu. http://sejuta-puisi.blogspot.com/kelas-puisi-syair-melayu.html
[3] Ahmad Shalehudin.http://www.rajaalihaji.com/id/works.php?a=ZUovUHMvVw%3D%3D= (2009)
[4] Jan Van Putten dan Al Azhar. 2007 Jakarta: PT.Gramedia. .Surat-Surat Raja Ali Haji Kepada Von de Wall (hal 48)

1 komentar: