Jumat, 11 Maret 2011

Menyimak Kritis


Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan atau bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya menyimak kritis lebih cenderung meneliti di mana letak kekurangan, kekeliruan, ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang. Memang merupakan suatu kekecualian bila seorang penyimak dapat menyimak secara objektif dan dapat menghargai suatu tuntutan yang melibatkan suatu emosi atau suatu disertasi yang menuntut perasaan dan muncul dengan suatu kesimpulan factual dan dapat dipertahankan. Namun demikian, dalam masyarakat demokrasi kita, kita tetap saja menemui situasi-situasi wadah para penghasut atau para demagog menyemburkan kebenaran-kebenaran semu yang seolah-olah masih dapat dipertahankan keasliannya, fakta-fakta yang berubah-ubah, dan pendapat-pendapat mereka yang penuh prasangka, membuat para penyimaknya perlu menilai dengan telitisegala sesuatu yang diucapkan oleh si pembicara, dalam upaya menentukan keterpercayaan, keterandalan informasi tersebut. Anak-anak kita perlu belajar mendengarkan, menyimak secara kritis segala ucapan atau informasi lisan untuk memperoleh kebenaran (Dawson [et al], 1963 : 154)
Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis adalah:
*      Memeperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsure-unsur kalimatnya.
*      Menentukan alasan “mengapa”
*      Memehami aneka makna petunjuk konteks
*      Membedakan fakta dari fantasi, yang relevan dari yang tidak relevan.
*      Membuat keputusan-keputusan.
*      Menarik kesimpulan-kesimpulan.
*      Menemukan jawaban bagi masalah tertentu.
*      Menentukan mana informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topic
*      Menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum umum, belum lazim dipakai.
*      Bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, atau adanya prasangka atau kecerobohan, kekurangtelitian serta kekeliruan. (Anderson, 1972 : 70)
Beberapa situasi khusus yang menuntut kita untuk menyimak kritis, antara lain:
a.       pidato-pidato politis
b.      pidato-pidato filosofis
c.       kata-kata memikat dari tukang obral
Empat konsep penting dalam menyimak kritis
1.      penyimak harus yakin bahwa sang pembicara telah mendukung serta mendokumentasikan masalah yang mereka kemukakan.
2.      Penyimak mengharap agar sang pembicara mengemukakan masalah-masalah khusus.
3.      Penyimak mengharap agar sang pembicara mendemonstrasikan keyakinannya pada suatu topik tertentu.
4.      penyimak harus percaya dan menuntut dengan tegas agar sang pembicara bergerak dari hal-hal umum ke hal-hal khusus (berpikir secara deduktif).
Beberapa strategi yang layak ditempuh dalam menyimak kritis wacana nonilmiah iklan antara lain:
  1. mendengarkan
  2. mengidentifikasi
  3. memaklumi
  4. menilai
  5. menanggapi secara kritis
1.      Tahap Mendengarkan
Pada tahap mendengarkan terjadi proses menginformasikan lisan dari pembicara kepada penyimak. Wujud informasi berupa teks lisan atau kode bunyi bahasa ( bunyi, kata, kalimat, atau wacana) yang perlu dipahami. Pada tahap ini, seorang penyimak perlu memiliki pengetahuan tentang kebahasaan dan makana dari setiap bahasa yang disimaknya.
Proses mendengarkan harus dilakukan dengan penuh perhatian dan konsentrasi serta tidak mudah terganggu oleh unsur dari luar materi simakan. Konsentrasi yang merupakan aktivitas mental memerlukan ketekunan latihan yang sungguh-sungguh sehingga akan menghsilkan proses menyimak yang menguntungkan.
2. Tahap Pengidentifikasian
Tahap identifikasi dilakukan penyimak setelah rangsangan (stimulus) berupa bunyi (bahasa) diterima penyimak dalam memori. Adanya stimulus perlu ditanggapi (direspon) dengan melakukan identifikasi terhadap pesan, informasi pesan yang telah diidentifikasi itu selanjutnya dikelompokkan, diperhatikan, dan dilakukan penyelesaian unsur-unsur bahasa dalam rangkaian pokok-pokok pikiran. Identifikasi juga dilakukan pada pemilahan tiap topik atau gagasan-gagasan pesan.
Dalam hal penyeleksian informasi ini, memori ingatan (otak) akan membedakan pesan yang dipentingkan dan pesan yang tidak penting sehingga tidak semua apa yang diujarkan pembicara direkam dalam memori. Pengelompokan memori sebagai data bahasa yang penting atau yang tidak penting dilakukan melalui proses yang disebut dekoding.
2.      Tahap Menginterpretasikan
Tahap interpretasi dilakukan setelah semua pesan teridentifikasi secara baik dalam kelompok-kelompok tertentu. Interpretesi yang diawali dengan apresiasi dilakukan, khsusnya pada data ujaran atau teks lisan yang mengandung isi pesan pokok pikiran utama. Semua isi pesan atau pokok-pokok pikiran yang terkait dengan isi pesan yang diinginkan pembicara diinterpretasikan. Dengan interpretasi akan dihasilkan makna pesan yang sebenarnya, seperti apa yang disampaiakan pembicara.
Interpretasi juga berarti proses memilah berdasarkan fungsinya baik data bahasa penting maupun tidak penting. Semua diinterpretasi agar pada saat tertentu terjadi event komunikasi yang memungkinkan untuk menyalurkan hal itu dan tinggal menempatkan sesuai dengan kebutuhannya.
3.      Tahap Memahami
Pada tahap ini penyimak melakukan pemahaman terhadap semua data informasi yang diterima ( comprehension fact ). Apa yang telah diinterpretasikan perlu secara cermat dipahami maknanya. Dengan kata lain, tahap memahami merupakan tahap pemberian makna pesan yang didengar agar dicapai semirip dan sedekat mungkin dengan pesan yang dimaksud oleh pembicara. Dalam tahap memahami ini juga termasuk mengaitkan antara satu pesan dengan pesan yang lainnya dengan pengetahuan yang telah dimiliki dalam memori penyimak sampai pada tingkat pemahaman yang sebenarnya.
4.      Tahap Menilai
Menilai adalah proses menghargai (memeknai) terhadap pesan yang telah diterimanya, diinterpretasi, dan dipahaminya. Menilai berarti memberi harga dan mengaitkan kegunaan dari makna pesan dalam hubungannya dengan sesuatu di dalam kehidupan sehingga memiliki kegunaan yang jelas. Menilai berarti juga menhubungkan antara pesan dengan kepentingan pemakainya baik dalam pemenuhan kebutuhan kehidupan secara perorangan maupun kelompok.
5.   Tahap Menanggapi Secara Kritis
Pada tahap ini penyimak menguji atau melakukan proses berpikir kritis dengan mengajukan pertanyaan apa sebab dan mengapa demikian. Hasil penilaian yang merupakan proses menghubungkan makna pesan dengan keberdayagunaanya perlu dikaji kembali dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis, seperti mengapa demikian..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar