Jumat, 11 Maret 2011


PUISI KEPADA UANG KARYA JOKO PINURBO

BAB I
PENDAHULUAN

Puisi yang berjudul "Kepada Uang" yang dikarang oleh Joko Pinurbo adalah salah satu puisi karya sastrawan yang cukup terkenal pada masa sekarang, dalam puisi tersebut, Joko Pinurbo mengutarakan pikiran dan perasaan mengenai harapan dan cita-citanya. Karena dari kutipan puisi tersebut Joko Pinurbo menjadikan uang sebagai peran utama, dimana uang  yang selama ini menjadi tombak pencaharian kehidupan manusia, membuat manusia seakan-akan dikendalikan dengan uang, benda yang hanya berbentuk kertas dan logam itu bisa menjadikan manusia bahagia ataupun sengsara. Hal inilah yang menjadi Joko Pinurbo mengutarakan harapannya dalam puisi yang berjudul "Kepada Uang", yaitu harapan untuk memiliki sesuatu secara wajar dan tidak muluk-muluk.
Setiap penyair atau penulis membuat masing-masing definisi tersendiri mengenai puisi, baik definisinya dikemukakan secara eksplisit atau tidak. Beberapa ahli merumuskan bahwa pengertian puisi harus menggunakan berbagai pendekatan.
            Untuk memahami arti sebuah puisi, kita perlu membaca dan mengkaji puisi tesebut. Hal yang mendukung untuk memahami puisi ada dua unsur, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur dari dalam mengenai puisi di antaranya, yaitu : tema, diksi, gaya bahasa, jenis puisi, irama, dan bunyi. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur dari luar yang mempengaruhi puisi tersebut, antara lain yaitu : biografi pengarang, situasi masyarakat, dan pemikiran pengarang.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Puisi
Kepada Uang
Uang, berilah aku rumah yang murah saja,
Yang cukup nyaman buat berteduh senja-senjaku,
Yang jendelanya hijau menganga seperti jendela mataku.

Sabar ya, aku harus menabung dulu.
Menabung laparmu, menabung mimpimu.
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu.

Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja,
Yang cukup hangat buat merawat encok-encokku,
Yang kakinya lentur dan liat seperti kaki masa kecilku.
(Joko Pinurbo 2006 :18).

2.2 UNSUR INTRINSIK
2.2.1 Tema
Tema adalah suatu gagasan pokok sebagai pikiran utama seorang pengarang untuk mengawali sebuah karya tulis. LH. Santoso, 2007,  menafsirkan bahwa tema merupakan pokok pikiran, dasar cerita, yang di percakapkan yang di pakai sebagai dasar pengarang.  
Tema yang terkandung dalam puisi yang berjudul "Kepada Uang" adalah pengharapan. Hal ini dapat kita ketahui  dari tiap-tiap bait yang menerangkan bahwa pangarang mengharap uang sebagai subjeknya untuk mencapai  segala kebutuhan dalam hidupnya. Sebagaimana tercantum dalam baris ke satu bait ke satu dan baris ke satu bait ke tiga,
            "Uang, berilah aku rumah yang murah saja", dan
            "Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja, (Kepada Cium, 2006 : hal 18).
                                                                       
2.2.2 Diksi
Diksi berarti pemilihan kata atau kalimat yang tepat dan sesuai dengan sesuatu yang diungkapkan atau diceritakan (peristiwa, keadaan, waktu, bentuk dan sebagainya) (LH. Santoso, 2007). Oleh sebab itu pilihan kata merupakan unsur penting dalam menciptakan kepuitisan sebuah puisi.
            Dalam hal puisi yang berjudul "Kepada Uang" ini, pengarang menggunakan kata-kata yang sudah umum dalam bahasa keseharian masyarakat, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengerti akan makna puisi tersebut, akan tetapi pengarang ini mempunyai ciri khas yang setiap karyanya beliau selalu menyisipkan kata-kata yang menarik seperti puisi yang berjudul "Kepada Uang" ini, sebagaimana  terdapat dalam baris ke satu, dua, dan tiga, bait ke dua, yaitu :
            Sabar ya, aku harus menabung dulu.
Menabung laparmu, menabung mimpimu.
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu (Joko Pinurbo 2006 :18).
Hal ini sangat berbeda dengan sastrawan-sastrawan terdahulu seperti puisinya Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul "Q" dimana ciri khas beliau  menggunakan simbol, angka, dan abjad-abjad yang harus dikaji lebih dalam untuk dapat memahami makna dari puisi itu (Ajip Rosidi, 2008 : 82).   
              Dalam puisi ini, pengarang menggunakan sedikit mungkin kata atau tidak menghambur-hamburkan kata akan tetapi terkandung makna yang sangat luas. Pengarang juga memperhatikan bunyi karena mungkin pengarang menyadari bahwa bunyi adalah Faktor pendukung yang sangat penting dalam pembuatan puisi. Tanpa memperhitungkan bunyi, keindahan dan kenikmatan puisi akan hilang. Penulis puisi "Kepada Uang" ini mendominasi bunyi vokal pada tiap akhir baris seperti vokal "a" dan "u".
2.2.3 Gaya Bahasa
            Setiap orang atau setiap pengarang mempunyai gaya bahasa tersendiri yang membuat ciri khas pada dirinya. Perbedaan seorang pengarang dengan pegarang lainnya kadang-kadang terlihat kecil, tetapi dapat juga menyorot. Dalam sebuah karya sastra gaya bahasa ini yang sangat menentukan visi dan perbedaan karya dengan karya yang lain (M. Atar Semi, 1988 : 48).
            Dalam puisi ini, pengarang menggunakan majas personifikasi, yaitu mengungkapkan atau mengutarakan suatu benda dengan membandingkannya dengan tingkah dan kebiasaan manusia. Contohnya yaitu terdapat dalam bait ke  satu, baris ke tiga, yaitu "yang jendelanya hijau menganga seperti jendela mataku", bait ke  satu, baris ke satu, dua dan tiga, yaitu "Sabar ya, aku harus menabung dulu". "Menabung laparmu, menabung mimpimu". "Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu", dan pada bait ke tiga baris ke satu dan kedua yaitu "uang, beilah aku ranjang yang lugu saja," dan "yang cukup hangat buat merawat encok-encokku".
2.2.4 Jenis Puisi
            Ditinjau dari segi periodisasi kelahiran puisi kita mengenal adanya istilah puisi lama dan puisi baru atau sering pula dibedakan atas puisi tradisional dan puisi modern. Dalam puisi tadisional kita jumpai pula berbagai bentuk syair, pantun, gurindam, pribahasa, sonata, dan lain-lain. (M. Atar Semi, 1988 :101)  Dalam puisi baru atau modern kita jumpai istilah distikon, terzina, quartrain, quint, sextet, septima, stanza dan sonata (Dra. Suparni, 1990). Puisi "Kepada Uang" termasuk dalam bentuk terzina karena pengertian bentuk dari terzina sendiri adalah setiap baitnya terdiri atas tiga baris.  
Berdasarkan paparan di atas, puisi ini termasuk puisi modern karena jika dilihat dari segi penulisannya, puisi ini diaphaan/polos karena menggunakan kata-kata denotatif, yaitu kata-kata yang masih mendukung arti yang dikenal secara umum dalam pemakaiannya sehari-hari.
2.2.5 Irama
            Yang dimaksud dengan irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi berulang dan menimbulkan variasi-variasi bunyi yang menciptakan gerak yang hidup. Pengaruh irama dalam puisi sangatlah besar, ia menyebabkan terjadinya rasa keindahan, timbulnya imajinasi, munculnya daya pukau, dan lebih dari itu ia dapat memperkuat pengertian. (M. Atar Semi, 1988 :120)
Pada puisi kepada uang, sulit untuk memadukan unsur musikalitas atau irama. pada dasarnya irama dalam sebuah puisi sukar untuk memadukan unsur musikalitasnya, karena dalam puisi irama itu tidak begitu jelas sepertihalnya musik.
2.2.6 Bunyi
Bunyi dalam puisi memegang peran yang sangat penting; tanpa bunyi yang merdu dan harmonis tidak akan ada puisi yang dapat dikatakan puitis dan indah. Bunyi erat hubungannya dengan unsur seperti lagu, irama, melodi dan sebagainya. Peranannya, di samping sebagai hiasan dan sebagai pemanis, juga mempunyai tugas mempertajam dan menegaskan makna, serta membentuk nada dan suasana menjadi nada dan suasana yang efektif dan sugestif. (M. Atar Semi, 1988 :115).
Jadi, dalam sebuah puisi unsur yang sangat penting yakni bunyi. Seperti halnya puisi kepada uang, bunyi vokal pada setiap akhir baris, yaitu huruf "a" dan "u" membuat  terasa berat dan rendahnya bunyi yang dikeluarkan Hal ini melukiskan perasaan jiwa yang tertekan dan gelisah sehingga dalam puisi "Kepada Uang" terasa jelas sebuah pengharapan yang diinginkan pengarang terhadap uang.
2.2.7 Amanat
            Amanat adalah pesan yang akan disampaikan dalam puisi (Mumu Yani Maryani, 2002). Amanat yang disampaikan pengarang untuk pembaca adalah berdo'a dan berusahalah untuk mendapatkan apa yang diinginkan, dan do'a itu harus sesuai dengan apa yang diusahakan karena kita tidak mungkin mampu membeli rumah, ranjang dan sebagainya jika pekerjaan atau usaha kita tidak ada.

2.3 UNSUR EKSTRINSIK
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya. Walaupun berada diluar karya, akan tetapi unsur ekstrinsik ini sedikit banyaknya dapat mempengaruhi sebuah karya sastra. Terdapat beberapa bagian dari unsur ekstrinsik yaitu:
2.3.1 Biografi Pengarang
            Joko Pinurbo dilahirkan di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei 1962. Menempuh pendidikan di SD Sukabumi, SMP Maguwa, SMA Seminari Mertoyudan Magelang (1981) dan, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (kini Universitas) Sanata Dharma Yogyakarta (1987). Joko Pinurbo mengaku mulai gemar menulis puisi sejak di SMA. Puisi-puisinya tersebar di perbagai media dan buku antologi bersama. Pada awalnya Joko Pinurbo menrbitkan puisi-puisinya dalam bentuk stensilan. Buku-buku stensilan itu adalah Sketsa Selamat Malam (1986) dan Parade Kambing (1986). Kelak lahirlah buku-buku puisi Celana (1999), memparoleh hadiah sastra lontar 2001. Ia juga menerima Sih Award (Penghargaan puisi terbaik jurnal puisi) 2001 untuk puisi Celana 1-Celana 2-Celana 3.
Buku kumpulan puisinya Di Bawah Kibaran Sarung (2001) mandapatkan penghargaan sastra pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2002. Sebelumnya ia ditetapkan sebagai Tokoh Sastra Pilihan Tempo 2001. Tahun 2005 ia menerima Penghargaan Sastra Khatulistiwa untuk antologi puisi  Kekasihku (2004). Buku kupulan puisinya yang lain: Pacarkecilku (2002), Telepon Genggam (2003), Pacar Senja seratus puisi pilihan (2005), dan Kepada Cium (2007). Dan kumpulan sajaknya celana telah diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul Touser Doll (2002). Selain ke bahasa Inggris, sejumlah puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa jerman dan belanda.

2.3.2 Situasi Masyarakat
            Masyarakat memiliki peranan yang penting dalam apresiasi sebuah sastra. Masyarakat yang dapat mengatakan karya tersebut baik untuk dibaca atau tidak. Selain masyarakat berfungsi menilai karya sastra, masyarakat juga mempengaruhi pemikiran seseorang untuk menghasilkan suatu karya sastra. Begitu juga yang dialami oleh Joko Pinurbo dalam puisinya berjudul "Kepada Uang". Kondisi masyarakat atau lingkungan hidup yang realitanya memprihatinkan atau kekurangan, membuat Joko Pinurbo mengharapkan uang untuk mencapai kehidupan yang layak seperti rumah yang murah dan ranjang yang lugu. Pengharapan yang tidak terlalu tinggi (rumah murah dan ranjang yang lugu) menandakan kondisi masyarakat yang kurang mampu dalam hal keuangan.
2.3.3 Pemikiran Pengarang
            Joko pinurbo salah satu sastrawan yang cukup terkenal pada masa sekarang. Kebanyakan karya-karyanya menggunakan kompleksitas yang dialami manusia/masyarakat dalam kehidupannya. Tragedi itu mengacu kepada realitas, peristiwa dan subjek yang biasa ditemui dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Dari paparan puisi karangan Joko Pinurbo yang berjudul kepada uang ini, dapat saya ambil kesimpulan bahwa puisi yang bergaya bahasa umum ini, ternyata dalam pemaknaannya cukup dalam dan puisi semacam inilah yang dapat di konsumsi masyarakat banyak. Selain itu puisi yang berjudul uang ini banyak mengandung arti yang komplek dalam kehidupan masyarakat seperti halnya kita dituntut agar selalu berusaha dan berdo'a untuk mencapai apa yang kita harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Pinurbo, joko. 2003. Kepada Cium. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rosidi, Ajip. 2008. Puisi Indonesia Modern. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya.
Santoso, LH. 2007 Kamus Modern Bahasa Indonesia. Surabaya:  PT. Pustaka  Harapan.
Semi, Atar M. 1988. Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya.
Suparni, Dra. 1990. Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA Kelas II. Bandung :        Ganeca Exact.
Yani Maryani, Mumu. 2002. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Pustaka Setia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar